Ada dan Tiada
Semua yang hidup di dunia ini pasti akan mati.Semua yang ada akan menjadi tidak ada dan semua yang indah tentunya akan menjadi tidak indah.Hidup ini terus berjalan,bergulir dan mengalir laksana aliran sungai,,,dan akan bermuara pada ketiadaan. Jadikan ketiadaanmu kelak,menjadikan orang merasa kehilangan yang sangat
Senin, 26 Maret 2012
Analisis Faktor Penyebab Erosi dan Sedimentasi di Waduk Gajah Mungkur serta Solusi – solusi Pencegahannya (Analysis the Cause Factor of Erosion and Sedimentation in Gajah Mungkur Reservoir with its Prohibition Solutions)
Abstrak
Erosi dan sedimentasi telah menyebabkan pendangkalan di Waduk Gajah Mungkur. Faktor penyebab erosi dan sedimentasi di waduk ini antara lain faktor iklim, tanah, topografi, vegetasi/tutupan hutan, serta aktivitas masyarakat sekitar sub-DAS yang mengalir ke waduk. Solusi - solusi pencegahan yang dapat dilakukan antara lain; instalasi stasiun klimatologi, penerapan sistem pertanian berbasis kearifan lokal, pembuatan terasering dan cek dam, rehabilitasi hutan dan revitalisasi sabuk hijau Waduk Gajah Mungkur.
Kata kunci: erosi, sedimentasi
Abstract
Erosion and sedimentation has been caused shallowness in Gajah Mungkur Reservoir. The factors that cause erosion and sedimentation in this reservoir are climate factor, soils, topography, vegetation/forest cover, and society activity around sub-catchment areas that flow to the reservoir. The prohibition solutions are; climate station installation, application of agriculture system based local wise, build check dam and “terasering”, forest rehabilitation and green belt revitalization of Gajah Mungkur Reservoir.
Key words: erosion, sedimentation
Erosi dan sedimentasi telah menyebabkan pendangkalan di Waduk Gajah Mungkur. Faktor penyebab erosi dan sedimentasi di waduk ini antara lain faktor iklim, tanah, topografi, vegetasi/tutupan hutan, serta aktivitas masyarakat sekitar sub-DAS yang mengalir ke waduk. Solusi - solusi pencegahan yang dapat dilakukan antara lain; instalasi stasiun klimatologi, penerapan sistem pertanian berbasis kearifan lokal, pembuatan terasering dan cek dam, rehabilitasi hutan dan revitalisasi sabuk hijau Waduk Gajah Mungkur.
Kata kunci: erosi, sedimentasi
Abstract
Erosion and sedimentation has been caused shallowness in Gajah Mungkur Reservoir. The factors that cause erosion and sedimentation in this reservoir are climate factor, soils, topography, vegetation/forest cover, and society activity around sub-catchment areas that flow to the reservoir. The prohibition solutions are; climate station installation, application of agriculture system based local wise, build check dam and “terasering”, forest rehabilitation and green belt revitalization of Gajah Mungkur Reservoir.
Key words: erosion, sedimentation
Rabu, 10 Februari 2010
My Schedule Next Semester......
Kode Matakuliah Tipe Mulai Selesai Ruangan
Senin
GFM202 M.Ob & IM K 7.00 8.40 RK. 16 FAC 401 E
GFM223 Klimatologi Tropika K 9.00 10.40 RK. 16 FAC 401 E
GFM200 Pengantar Geosains P 13.00 15.00 RK GMSK 1-2
GFM202 M.Ob & IM P 15.00 17.30 RK. 16 FAC 401 E
Selasa
AGH240 Dasar Hortikultura P 7.00 10.00 Laboratorium
GFM212 Meteorologi Fisik K 10.00 11.40 RK. FSIL 03.2
GFM212 Meteorologi Fisik P 12.00 14.40 RK. FSIL 03.2
Rabu
AGH240 Dasar Hortikultura K 13.00 14.40 RK. Gedung Kuliah A
STK222 Perancangan Percobaan I K 15.00 16.40 RK. 16 FAC 401 D
Kamis
GFM200 Pengantar Geosains K 8.00 9.40 RK. Gedung Kuliah B1
MAT217 Kalkulus Lanjut K 13.00 14.40 RK. 16 FAC 401 E
Jum'at
GFM223 Klimatologi Tropika P 7.00 10.00 RK. 16 FAC 401 E
STK222 Perancangan Percobaan I P 15.00 17.30 RK. 16 FAC 401 E
Senin
GFM202 M.Ob & IM K 7.00 8.40 RK. 16 FAC 401 E
GFM223 Klimatologi Tropika K 9.00 10.40 RK. 16 FAC 401 E
GFM200 Pengantar Geosains P 13.00 15.00 RK GMSK 1-2
GFM202 M.Ob & IM P 15.00 17.30 RK. 16 FAC 401 E
Selasa
AGH240 Dasar Hortikultura P 7.00 10.00 Laboratorium
GFM212 Meteorologi Fisik K 10.00 11.40 RK. FSIL 03.2
GFM212 Meteorologi Fisik P 12.00 14.40 RK. FSIL 03.2
Rabu
AGH240 Dasar Hortikultura K 13.00 14.40 RK. Gedung Kuliah A
STK222 Perancangan Percobaan I K 15.00 16.40 RK. 16 FAC 401 D
Kamis
GFM200 Pengantar Geosains K 8.00 9.40 RK. Gedung Kuliah B1
MAT217 Kalkulus Lanjut K 13.00 14.40 RK. 16 FAC 401 E
Jum'at
GFM223 Klimatologi Tropika P 7.00 10.00 RK. 16 FAC 401 E
STK222 Perancangan Percobaan I P 15.00 17.30 RK. 16 FAC 401 E
Kamis, 29 Oktober 2009
Air Laut dipermukaan bumi dapat dibedakan antara wilayah laut yang satu dengan wilayah laut yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari suhu, kecerahan, dan salinitas.
1.
Suhu air laut
Keadaan suhu perairan laut banyak ditentukan oleh penyinaran matahari yang disebut proses insolation. Pemanasan di daerah tropik/khatulistiwa akan berbeda dengan hasil pemanasan di daerah lintang tengah atau kutub. Oleh karena bentuk bumi bulat, di daerah tropis sinar matahari jatuh hampir tegak lurus, sedangkan di daerah kutub umumnya menerima sinar matahari dengan sinar yang condong. Sinar jatuh condong bidang jatuhnya akan lebih luas dari pada sinar jatuh tegak. Selain oleh kemiringan sinar jatuh, di daerah kutub banyak sinar dipantulkan kembali ke atmosfer sehingga semakin menambah dingin keadaan suhu di daerah kutub.
Namun walaupun di daerah tropis lebih panas dari kutub, daerah tropis memiliki suhu air lebih rendah dibandingkan suhu air laut di daerah subtropis. Hal ini karena faktor keawanan yang menutupi di daerah tropis banyak awan yang menutupi dibandingkan dengan di daerah subtropik. Awan banyak menyerap sinar datang dan menimbulkan nilai kelembaban udara yang tinggi. Adapun di daerah subtropik, insolation yang tinggi tidak diikuti oleh kelembaban dan keawanan sehingga di daerah ini lebih panas.
Berdasarkan kedalamannya, sinar matahari banyak diserap oleh lapisan permukaan laut hingga kedalaman antara 200 – 1000 meter suhu turun secara drastis, dan pada daerah yang terdalam bisa mencapai suhu kurang dari 2 °C.
Pola suhu di perairan laut pada umumnya:
a. Makin ke kutub makin dingin.
Pada permukaan samudera, umumnya dari khatulistiwa berangsur-angsur dingin sampai ke laut-laut kutub, di khatulistiwa ± 28° C, pada laut-laut kutub antara 0° sampai 2° C.
b. Makin ke bawah makin dingin
Panas matahari hanya berpengaruh di lapisan atas saja. Di dasar samudera rata-rata 2oC (juga di dasar samudera daerah tropik). Sebab yang utama adalah karena air dingin yang berasal dari daerah kutub mengalir kearah khatulistiwa.
Laut yang tidak dipengaruhi arus dingin suhunya tinggi. Laut Tengah misalnya sampai jauh ke bawah, suhunya 130 C (karena ambang Jibraltar menghambat arus dingin dari Atlantik).
2.
Kecerahan Air Laut
Kecerahan air laut ditentukan oleh kekeruhan air laut itu sendiri dari kandungan sedimen yang dibawa oleh aliran sungai. Pada laut yang keruh, radiasi sinar matahari yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis tumbuhan laut akan kurang dibandingkan dengan air laut jernih. Pada perairan laut yang dalam dan jernih, fotosintesis tumbuhan itu mencapai 200 meter, sedangkan jika keruh hanya mencapai 15 – 40 meter. Laut yang jernih merupakan lingkungan yang baik untuk tumbuhnya terumbu karang dari cangkang binatang koral.
Air laut juga menampakan warna yang berbeda-beda tergantung pada zat-zat organik maupun anorganik yang ada.
Ada beberapa warna-warna air laut karena beberapa sebab:
a.
Pada umumnya lautan berwarna biru, hal ini disebabkan oleh sinar matahari yang bergelombang pendek (sinar biru) dipantulkan lebih banyak dari pada sinar lain.
b.
Warna kuning, karena di dasarnya terdapat lumpur kuning, misalnya sungai kuning di Cina.
c.
Warna hijau, karena adanya lumpur yang diendapkan dekat pantai yang memantulkan warna hijau dan juga karena adanya planton-planton dalam jumlah besar.
d.
Warna putih, karena permukaannya selalu tertutup es seperti di laut kutub utara dan selatan.
e.
Warna ungu, karena adanya organisme kecil yang mengeluarkan sinar-sinar fosfor seperti di laut ambon.
f.
Warna hitam, karena di dasarnya terdapat lumpur hitam seperti di laut hitam
g.
Warna merah, karena banyaknya binatang-binatang kecil berwarna merah yang terapung-apung.
3. Salinitas Air Laut
Salinitas atau kadar garam ialah banyaknya garam-garaman (dalam gram) yang terdapat dalam 1 Kg (1000 gr) air laut, yang dinyatakan dengan ‰ atau perseribu.
Salinitas umumnya stabil, walaupun di beberapa tempat terjadi fluktuasi. Laut Mediterania dan Laut Merah dapat mencapai 39 ‰ – 40 ‰ yang disebabkan banyak penguapan, sebaliknya dapat turut dengan drastis jika turun hujan. Laut yang memiliki kadar garam yang rendah banyak dijumpai di daerah-daerah yang banyak muara sungainya. Pada musim barat, laut di di Asia Tenggara mulai dari bulan Desember – Mei di Teluk Thailand dan bagian timur laut Pantai Sumatera mempunyai nilai kadar garam yang rendah.
Tinggi rendahnya kadar garam (salinitas) sangat tergantung kepada faktor-faktor berikut :
a. Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya.
b. Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas akan tinggi.
c. Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan sebaliknya makin sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya akan tinggi
Faktor-faktor tersebut berpengaruh secara bersama-sama atau mempengaruhi secara tersendiri.
Contoh-contoh salinitas di beberapa tempat:
Laut Baltik 10 ‰, samudera Hindia 33 ‰, Laut Tengah dan laut Merah 40 ‰, laut Kaspia 170 ‰, Great Salt Lake 220 ‰, Laut Mati 250 ‰.
Unsur-unsur kimia yang terkandung dalam air laut menurut Strahler sebagai berikut:
| Gerak Air Laut | Kualitas Air Laut | Tugas 2 | Kosa Kata |
| Kegiatan Belajar 1 | Home |
PUSTEKKOM©2005
1.
Suhu air laut
Keadaan suhu perairan laut banyak ditentukan oleh penyinaran matahari yang disebut proses insolation. Pemanasan di daerah tropik/khatulistiwa akan berbeda dengan hasil pemanasan di daerah lintang tengah atau kutub. Oleh karena bentuk bumi bulat, di daerah tropis sinar matahari jatuh hampir tegak lurus, sedangkan di daerah kutub umumnya menerima sinar matahari dengan sinar yang condong. Sinar jatuh condong bidang jatuhnya akan lebih luas dari pada sinar jatuh tegak. Selain oleh kemiringan sinar jatuh, di daerah kutub banyak sinar dipantulkan kembali ke atmosfer sehingga semakin menambah dingin keadaan suhu di daerah kutub.
Namun walaupun di daerah tropis lebih panas dari kutub, daerah tropis memiliki suhu air lebih rendah dibandingkan suhu air laut di daerah subtropis. Hal ini karena faktor keawanan yang menutupi di daerah tropis banyak awan yang menutupi dibandingkan dengan di daerah subtropik. Awan banyak menyerap sinar datang dan menimbulkan nilai kelembaban udara yang tinggi. Adapun di daerah subtropik, insolation yang tinggi tidak diikuti oleh kelembaban dan keawanan sehingga di daerah ini lebih panas.
Berdasarkan kedalamannya, sinar matahari banyak diserap oleh lapisan permukaan laut hingga kedalaman antara 200 – 1000 meter suhu turun secara drastis, dan pada daerah yang terdalam bisa mencapai suhu kurang dari 2 °C.
Pola suhu di perairan laut pada umumnya:
a. Makin ke kutub makin dingin.
Pada permukaan samudera, umumnya dari khatulistiwa berangsur-angsur dingin sampai ke laut-laut kutub, di khatulistiwa ± 28° C, pada laut-laut kutub antara 0° sampai 2° C.
b. Makin ke bawah makin dingin
Panas matahari hanya berpengaruh di lapisan atas saja. Di dasar samudera rata-rata 2oC (juga di dasar samudera daerah tropik). Sebab yang utama adalah karena air dingin yang berasal dari daerah kutub mengalir kearah khatulistiwa.
Laut yang tidak dipengaruhi arus dingin suhunya tinggi. Laut Tengah misalnya sampai jauh ke bawah, suhunya 130 C (karena ambang Jibraltar menghambat arus dingin dari Atlantik).
2.
Kecerahan Air Laut
Kecerahan air laut ditentukan oleh kekeruhan air laut itu sendiri dari kandungan sedimen yang dibawa oleh aliran sungai. Pada laut yang keruh, radiasi sinar matahari yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis tumbuhan laut akan kurang dibandingkan dengan air laut jernih. Pada perairan laut yang dalam dan jernih, fotosintesis tumbuhan itu mencapai 200 meter, sedangkan jika keruh hanya mencapai 15 – 40 meter. Laut yang jernih merupakan lingkungan yang baik untuk tumbuhnya terumbu karang dari cangkang binatang koral.
Air laut juga menampakan warna yang berbeda-beda tergantung pada zat-zat organik maupun anorganik yang ada.
Ada beberapa warna-warna air laut karena beberapa sebab:
a.
Pada umumnya lautan berwarna biru, hal ini disebabkan oleh sinar matahari yang bergelombang pendek (sinar biru) dipantulkan lebih banyak dari pada sinar lain.
b.
Warna kuning, karena di dasarnya terdapat lumpur kuning, misalnya sungai kuning di Cina.
c.
Warna hijau, karena adanya lumpur yang diendapkan dekat pantai yang memantulkan warna hijau dan juga karena adanya planton-planton dalam jumlah besar.
d.
Warna putih, karena permukaannya selalu tertutup es seperti di laut kutub utara dan selatan.
e.
Warna ungu, karena adanya organisme kecil yang mengeluarkan sinar-sinar fosfor seperti di laut ambon.
f.
Warna hitam, karena di dasarnya terdapat lumpur hitam seperti di laut hitam
g.
Warna merah, karena banyaknya binatang-binatang kecil berwarna merah yang terapung-apung.
3. Salinitas Air Laut
Salinitas atau kadar garam ialah banyaknya garam-garaman (dalam gram) yang terdapat dalam 1 Kg (1000 gr) air laut, yang dinyatakan dengan ‰ atau perseribu.
Salinitas umumnya stabil, walaupun di beberapa tempat terjadi fluktuasi. Laut Mediterania dan Laut Merah dapat mencapai 39 ‰ – 40 ‰ yang disebabkan banyak penguapan, sebaliknya dapat turut dengan drastis jika turun hujan. Laut yang memiliki kadar garam yang rendah banyak dijumpai di daerah-daerah yang banyak muara sungainya. Pada musim barat, laut di di Asia Tenggara mulai dari bulan Desember – Mei di Teluk Thailand dan bagian timur laut Pantai Sumatera mempunyai nilai kadar garam yang rendah.
Tinggi rendahnya kadar garam (salinitas) sangat tergantung kepada faktor-faktor berikut :
a. Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya.
b. Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas akan tinggi.
c. Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan sebaliknya makin sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya akan tinggi
Faktor-faktor tersebut berpengaruh secara bersama-sama atau mempengaruhi secara tersendiri.
Contoh-contoh salinitas di beberapa tempat:
Laut Baltik 10 ‰, samudera Hindia 33 ‰, Laut Tengah dan laut Merah 40 ‰, laut Kaspia 170 ‰, Great Salt Lake 220 ‰, Laut Mati 250 ‰.
Unsur-unsur kimia yang terkandung dalam air laut menurut Strahler sebagai berikut:
| Gerak Air Laut | Kualitas Air Laut | Tugas 2 | Kosa Kata |
| Kegiatan Belajar 1 | Home |
PUSTEKKOM©2005
Rapuh
Semua berjalan begitu cepat
Semua berlalu bagai sembilu mengiris ulu,,,
tajam,,acuh
Tapi ku terlalu rapuh menghadapinya
Ku masih terpaku untuk menyadari siapa diriku ini
Hitamkah? Putihkah?
Hah,,,jengah,,,
Bagai pungguk merindukan bulan diriku ini
Tiada pernah mampu mengukur kemampuan diri
Tiada mampu berkaca atas semua yang ada pada diri
Selalu ingin terlihat sempurna,,,
Nyatanya ,,,,
Hahahahaha,,ku ini lemah
Dan setan pun tertawa pongah
Entah berapa kali ku terperosok di lubang ini
Tak terhitung lagi berapa kali ku terjebak disini
Namun,
Tiada ku ini mampu belajar…
Tiada pula ku mampu bangkit,,,
Lagi,,dan lagi ku terjebak
Ya Rabb
Maafkanlah hambaMu ini,,
Tiada mampu menjaga amanahMu,,tiada pula sempurna mengabdi padaMu
Ku hanya manusia biasa nan hina,,
Maafkanlah atas segala kepongahanku,,kesombonganku
Tolong bimbing aku lagi
Mohon ajari aku ini jadi hamba yang bersyukur,,,
Yang bisa menjaga amanahmu,,mengabdi tulus padaMu…
Ingin rasanya ku menangis
Tapi air mata ini tiada pantas mengalir,,,
Air mata penuh dosa,,,
Ingin rasanya tangan ini menengadah meminta padaMu
Tapi tangan ini terlalu kotor di hadapanMu Ya Allah
Hanya rintihan hatii kecilku saja yang sepertinya pantas mengadu padaMu
Ya Allah maafkanlah aku
Semua berjalan begitu cepat
Semua berlalu bagai sembilu mengiris ulu,,,
tajam,,acuh
Tapi ku terlalu rapuh menghadapinya
Ku masih terpaku untuk menyadari siapa diriku ini
Hitamkah? Putihkah?
Hah,,,jengah,,,
Bagai pungguk merindukan bulan diriku ini
Tiada pernah mampu mengukur kemampuan diri
Tiada mampu berkaca atas semua yang ada pada diri
Selalu ingin terlihat sempurna,,,
Nyatanya ,,,,
Hahahahaha,,ku ini lemah
Dan setan pun tertawa pongah
Entah berapa kali ku terperosok di lubang ini
Tak terhitung lagi berapa kali ku terjebak disini
Namun,
Tiada ku ini mampu belajar…
Tiada pula ku mampu bangkit,,,
Lagi,,dan lagi ku terjebak
Ya Rabb
Maafkanlah hambaMu ini,,
Tiada mampu menjaga amanahMu,,tiada pula sempurna mengabdi padaMu
Ku hanya manusia biasa nan hina,,
Maafkanlah atas segala kepongahanku,,kesombonganku
Tolong bimbing aku lagi
Mohon ajari aku ini jadi hamba yang bersyukur,,,
Yang bisa menjaga amanahmu,,mengabdi tulus padaMu…
Ingin rasanya ku menangis
Tapi air mata ini tiada pantas mengalir,,,
Air mata penuh dosa,,,
Ingin rasanya tangan ini menengadah meminta padaMu
Tapi tangan ini terlalu kotor di hadapanMu Ya Allah
Hanya rintihan hatii kecilku saja yang sepertinya pantas mengadu padaMu
Ya Allah maafkanlah aku
Rabu, 30 September 2009
What is guyot?
guyot
A guyot /giɘʊ/, also known as a tablemount, is a flat-topped seamount. It was named after the Swiss-American geographer and geologist Arnold Henry Guyot (died 1884). The term was coined around 1946 by Harry Hammond Hess. Guyots are most commonly found in the Pacific Ocean. Guyots show evidence of having been above the surface with gradual subsidence through stages from fringed reefed mountain, coral atoll, and finally a flat topped submerged mountain. Their flatness is due to erosion by waves, winds, and atmospheric processes. The surfaces of some of the largest guyots measure 10 km (6 mi).[1] The steepness gradient of most guyots is about 20 degrees. To technically be considered a guyot or tablemount, they must stand at least 3000 ft (900 m) tall. However, there are many undersea mounts that can range from just less than 300 ft to around 3000 ft. Very large oceanic volcanic constructions, hundreds of kilometers across, are called oceanic plateaus. [2] Seamounts are made by extrusion of lavas piped upward in stages from sources within the Earth's mantle to vents on the seafloor. Seamounts provide data on movements of tectonic plates on which they ride, and on the rheology of the underlying lithosphere. The trend of a seamount chain traces the direction of motion of the lithospheric plate over a more or less fixed heat source in the underlying asthenosphere part of the Earth's mantle. [3]There are thought to be an estimated 50,000 seamounts in the Pacific basin. The Emperor Seamounts are an excellent example of an entire volcanic chain undergoing this process and contain many guyots among their other examples.
We know that underwater guyots were originally above water due to the extensive amount of fossils discovered on the top of guyots. Another factor contributing to the guyots being underwater has to do with the oceanic ridges, such as the Mid-Atlantic Ridge in the Atlantic Ocean. Mid-ocean ridges gradually spread apart over time, due to molten lava being pushed up under the surface of the earth and creating new rock. As the mid-ocean ridges spread apart, the guyots move with them, thus continually sinking deeper into the depths of the ocean. Thus, the greater amount of time that passes, the deeper the guyots become.[4] Although guyots can be hundreds of millions of years old, there have been some recently discovered guyots that were only formed within the last 1 million years, including Bowie Seamount on the coast of British Columbia, Canada.
One guyot in particular, the Great Meteor Tablemount in the Northeast Atlantic Ocean, stands at more than 4,000 m (13,120 ft). The guyot's diameter is 110 km (70 mi).[5] Guyots are also associated with specific lifeforms and varying amounts of organic matter. Local increases in chlorophyll a, enhanced carbon incorporation rates and changes in phytoplankton species composition were associated with the seamount.[6]
Guyots were first seen by Harry Hammond Hess in 1945 who collected data using echo-sounding equipment on a ship he commanded during World War II.[citation needed] The data showed the configuration of the seafloor where he saw that some undersea mountains had flat tops. The geology building at Princeton University is, and was, called Guyot Hall (being named after the 19th century geographer Arnold Henry Guyot[7]. Guyot Hall has a flat roof, so Hess called these undersea mountains guyots (because they resembled Guyot Hall). Hess postulated they were once volcanic islands that were beheaded by wave action yet they are now deep under sea level. This idea was used to help bolster the theory of plate tectonics.
| |
- For the French viticulturist, see Jules Guyot. For the Old French name, see Guiot.
The Bear Seamount, a Guyot
We know that underwater guyots were originally above water due to the extensive amount of fossils discovered on the top of guyots. Another factor contributing to the guyots being underwater has to do with the oceanic ridges, such as the Mid-Atlantic Ridge in the Atlantic Ocean. Mid-ocean ridges gradually spread apart over time, due to molten lava being pushed up under the surface of the earth and creating new rock. As the mid-ocean ridges spread apart, the guyots move with them, thus continually sinking deeper into the depths of the ocean. Thus, the greater amount of time that passes, the deeper the guyots become.[4] Although guyots can be hundreds of millions of years old, there have been some recently discovered guyots that were only formed within the last 1 million years, including Bowie Seamount on the coast of British Columbia, Canada.
One guyot in particular, the Great Meteor Tablemount in the Northeast Atlantic Ocean, stands at more than 4,000 m (13,120 ft). The guyot's diameter is 110 km (70 mi).[5] Guyots are also associated with specific lifeforms and varying amounts of organic matter. Local increases in chlorophyll a, enhanced carbon incorporation rates and changes in phytoplankton species composition were associated with the seamount.[6]
Guyots were first seen by Harry Hammond Hess in 1945 who collected data using echo-sounding equipment on a ship he commanded during World War II.[citation needed] The data showed the configuration of the seafloor where he saw that some undersea mountains had flat tops. The geology building at Princeton University is, and was, called Guyot Hall (being named after the 19th century geographer Arnold Henry Guyot[7]. Guyot Hall has a flat roof, so Hess called these undersea mountains guyots (because they resembled Guyot Hall). Hess postulated they were once volcanic islands that were beheaded by wave action yet they are now deep under sea level. This idea was used to help bolster the theory of plate tectonics.
Senin, 28 September 2009
Hakikat kehidupan
Anugerah terbesar yang diberikan Allah pada makhluknya adalah kehidupan. Dengan hidup kita bisa merasakan cinta,dengan hidup kita bisa menyaksikan birunya langit, gemerlapnya bintang dan rembulan malam hari, serta semua bukti kekuasaanNya di muka bumi ini. Sekarang yang jadi pertanyaan, buat apa kita hidup? Untuk mengejar kekayaan,jabatan,pujian? Atau hanya untuk sekedar hidup menghabiskan waktu dengan bersenang - senang saja?
Salah besar jika dalam anggapan kita seperti salah satu yang tersebut di atas. Allah tidak menciptakan kita tanpa sebab, Allah menciptakan kita untuk selalu beribadah kepadaNya, dan Allah menurunkan kita di bumi karena Allah mempercayai kita untuk menjadi khalifah di buminya. Inilah yang sering kita salah artikan dan bahkan cenderung untuk kita abaikan.
Kita terlalu terlena dengan hiruk pikuk dunia, terlenakan oleh keindahan semu surgawi dunia. Kita membanting tulang,memeras keringat,saling bersaing hanya untuk mendapatkan kekuasaan, kekayaan, atau bahkan sesuap nasi. Kita EGOIS pada lingkungan kita, tidak pernah mau mengerti kesusahan orang lain, kesulitan orang lain. yang ada dipikiran kita hanya bagaimana kita bisa bertahan hidup. Kita telah menodai amanah yang diberikan Sang Pencipta kepada kita, kita diamanahi untuk menjadi pemimpin bukannya penguasa! Kebanyakan dari kita telah salah kaprah mengartikan kata khalifah. Khalifah adalah pemimpin yang membawa kedamaian, ketentraman dan keseimbangan dalam kehidupan. Akan tetapi, apa yang sekarang kita perbuat? Perusakan hutan, global warming, penambangan berlebihan, peperangan, dan masih banyak lagi hal - hal yang telah kita rusak kedamaian, ketentraman, dan keseimbangannya. Kita ditakdirkan untuk saling tolong menolong antar sesama, saling menghormati dan menghargai orang dan lingkungan sekitar kita. Kita tidak boleh egois apalagi saling bermusuhan.
Akan tetapi, yang lebih penting dari hal - hal tersebut adalah bagaimana kita me-manage diri kita untuk lebih menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat. Kita boleh memilih;
Akan tetapi, yang lebih penting dari hal - hal tersebut adalah bagaimana kita me-manage diri kita untuk lebih menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat. Kita boleh memilih;
- bahagia dunia sengsara akhirat
- sengsara dunia bahagia akhirat
- sengsara dunia akhirat, atau
- bahagia dunia akhirat
Langganan:
Komentar (Atom)